MAKALAH
HIPOTEROID DAN HIPERTEROID
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Kelenjar Tyroid
Kelenjar
tiroid merupakan salah satu kelenjar endoktrin yang terbesar,terletak di depan
trakea setinggi cincin ke dua dan ketiga dan di bawah laring atau pada vetebra
servical lima sampai dengan torakal pertama. Bentuk kelenjar tyroid seperti
dasi kupu-kupu,dan terdiri atas dua lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri yang
dihubungkan keduanya oleh istmus. Lobus kanan dan kiri tidak simetris, lobus
kanan lebih besar dari lobus kiri, berat kelenjar ini sekitar 10-20 gram dengan
ukuran 5x2x2 cm pada wanita lebih besar dari pada pria. Pada ibu hamil dan
penyakit tertentu kelenjar terjadi pembesaran.
Kelenjar
tiroid tersusun atas sel-sel sekretorik yang berbentuk gelembung-gelembung
berongga yang di sebut dengan sel folikel. Folikel-folikel ini berbentuk
seperti cincin dengan bagian dalam dipenuhi oleh koloid, yaitu bahan yang
berfungsi sebagai penyimpanan ekstrasel
hormon-hormon tiroid (Sherwood, 2001). Sel folikel ini memproduksi protein
globular yang di sebut tiroglobulin dan mensekresikannya ke dalam koloid.
Molekultiroglobulin mengandung senyawa asam amino tiroksin yang selanjutnya akan terbentuk hormon
tetraiodotironin (T4) atau tiroksin dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini
merupakan hormon tiroid. Sedangkan pada sel parafolikuler di ruang interstisium
diantara folikel-folikel dihasilkan hormon peptide kalsitonin.
Suplai
darah kelenjar tiroid berasal dari arteri thyroid superior dan imferior,
kadang-kadang terdapat arteri ima thyroidea. Arteri ini telah menerima jaminan
beranastomosis yang berlimpah dengan satu sama lain, baik ipsilateral maupun
kontralateral. Arteri imatiroid berasal dari lengkungan aorta atau arteri
innominata dan memasuki kelenjar tiroid di perbatasan inferior. Artery thyroid
superior adalah cabang anterior pertama dari artery karotis eksternal.
Atreri tiroid inferior berasal dari trunkus thyrocervical, yang merupakan
cabang dari artery subclavia. Sedangkan aliran balik vena kelenjar tiroid
terdiri dari vena thyroidea superior yang bermuara pada vena jugularis interna,
vena thyroidea medialis yang bermuara di vena jugularis interna dan vena
thyroidea inferior yang bermuara di vena anonima kiri.
Persyarafan
dari tiroid berasal dari sistem syaraf otonom. Serat parasimoatis berasal dari saraf vagus, dan
serat simpatik didistribusikan dari ganglia superior, tengah, dan inferior dari
batang simpatik. Pengaturan saraf otonom terhadap sekresi kelenjar tidak jelas
dipahami, tetapi sebagian besar pengaruhnya, diduga berpengaruh terhadap
pembuluh darah dalam difusi hormon dari kelenjar.
Hormon-hormon
tiroid, terutama adalah tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) dan kalsitonin
dan kalsitonin. Hormon T3 dan T4 ini mengatur laju metabolisme dan mempengaruhi
laju pertumbuhan dan fungsi sistem lainnya dalam tubuh sedangkan kalsitonin
berperan dalam homeostasis kalsium. Yodium merupakan komponenn penting dari
pembentukan T3 dan T4. Proses pembentukan
T3 dan T4 melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.
Ion yodium diabsorbsi dari makanan di saluran pencernaan,
kemudian di bawa ke kelenjar tiroid melalui aliran darah. Normalnya pada orang
dewasa konsumsi yodium sekitar 100-150 mikro gram per hari pada makanan
kemudian di pecah di saluran pencernaan. Sedangkan yodium dalam darah kadar
normalnya sekitar 3.5 to 8 mikrogram /100 ml darah.
2.
Ion yodium berdifusi masuk ke sel-sel folikel dan diaktifkan
oleh enzim tiroid peroksidase. Yodium yang sudah aktif kemudian bergabung
menjadi molekul triglobulin di reticulum endoplasma dan kompleks golgi
3.
Folikel sel memindahkan tiroglobulin melalui proses
endositosis.
4.
Enzim lisosomal memecahkan tiroglobulin menjadi asam amino
dan hormon tiroid kemudian masuk ke sitoplasma. Asam amino di pakai kembali
untuk pembentukan tiroglobulin sedangkan hormon tiroksin masuk ke pembuluh
darah melalui proses difusi.
5.
Hormon tirosin masuk ke peredaran darah melalui proses difusi
yang di bantu oleh TSH. Hampir 90% hormon tiroid disekresi dalam bentuk T4,
Sedangkan T3 relatif sedikit. (Martini,2006). Kemudian lebih dari 80% T4 akan
diubah di organ perifer seperti ginjal, hati limfa menjadi T3.
Setelah di keluarkan dalam darah hormon tiroid
dengan cepat berikatan dengan senyawa lain dan dalam bentuk bebas. Kurang dari
1% T3 dan kurang daro 0.1% T4 tidak berikatan (bebas). Sebagian besar hormon
tiroid berikatan dengan plasma protein seperti berikatan dengan globulin pengikat tiroksin (tyroxine binding globulin)
yang efektif mengikat 55% T4 dan 65% T3, berikatan dengan albumin sekitar 10%
T4 dan 35% serta sisanya berikatan dengan
tyroxine binding preabumin (sherwood, 2001).
Pengaturan sekresi T4 Dan T3 distimulasi thyroid-stimulating hormone
(TSH), yang dilepaskan oleh pituitari anterior melalui makanisme feedback
negative. Produksi TSH akan ditekan ketika kadar T4 tinggi. Sedangkan TSH
sendiri dipengaruhi oleh thyrotropin relasing hormone (TRH) yang diproduksi
oleh hipothalamus.
Fungsi Hormon Tiroid
1.
Fungsi hormon tiroksin
(T4) dan triiodotironin (T3), secara umum berfungsi sebagai:
Ø Pengaturan
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, mental dan persyarafan.
Ø Metabolisme
karbohidrat, yaitu meningkatkan penggunaan glukosa dalam sel, meningkatkan
sekresi insulin.
Ø Metabolisme
lemak, yaitu dengan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam plasma dan
mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.meningkatkan lipolisis
dan sekresi kolesterol di emopedu
Ø Metabolisme
protein yaitu dengan meningkatnya sintesis protein untuk pertumbuhan dan
perkembangan
Ø Reproduksi,
hormon ini meningkatkan reproduksi normal wanita dan proses laktasi
Ø Meningkatkan
daya tahan terdadap infeksi dan implamasi
2.
Hormon kalsitonin
Ø Kalsitonin
menstimulasi pergerakan kalsium dalam tulang, menurunkan kadar kalsium dan
fhospor dengan cara menurunkan laju resorpsi dari tulang. hal ini berlawan
kerja dengan paratiroid hormon (PTH) dan bekerja sama dalam metabolisme kalsium
untuk mempertahankan keadaan normal.
Ø Calcitonin
dapat digunakan terapi untuk pengobatan hiperkalsemia atau osteoporosis
Ada
banyak bentuk yang menggambarkan kelainan pada gangguan fungsi kelenjar tiroid,
namun secara garis besar terdapat 3 tipe kelainan dari kelenjar tiroid yaitu
hiperfungsi (hipertiroid),hipofungsi(hipotiroid) dan pembesaran kelenjar tiroid
(goiter).
HIPOTIROID
1. Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang
dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel,
hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas
untuk tubuh.
2. Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang
sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa
bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria
dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur. Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa
penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu
diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a. Hashimoto's thyroiditis
b. Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c. Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d. Penyakit pituitari atau hipotalamus
e. Obat-obatan
f. Kekurangan yodium yang berat
3. Jenis-jenis Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroid
mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi
kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan
kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid
sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid
tersier.
a. Primer
1.
Goiter : Tiroiditis
Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2.
Non-goiter : destruksi
pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal,
agenesis, amiodaron
b. Sekunder :
Kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH
yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas).
4. Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan
mensekresi hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau
jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan
membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan
seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone
tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan
respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4
lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar
dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi
disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR
secara lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh
mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung),
penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan
suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan
hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil
kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan
hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan
abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah
merah, jadi klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena
pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin
B12 dan asam folat.
1. Manifestasi Klinis
·
Kelambanan, perlambatan daya pikir,
dan gerakan yang canggung lambat
·
Penurunan
frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan
curah jantung
·
Pembengkakkan
dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
·
Penurunan
kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
penyerapan zat gizi dari saluran cema
·
Konstipasi
·
Perubahan-perubahan dalam fungsi
reproduksi
·
Kulit kering dan bersisik serta
rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
Tanda
dan gejala menurut system :
1.
Kulit dan rambut
·
Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
·
Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
·
Rambut rontok, alopeksia, kering dan
pertumbuhannya buruk
·
Tidak tahan dingin
·
Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2.
Muskuloskeletal
·
Volume otot bertambah, glossomegali
·
Kejang otot, kaku, paramitoni
·
Artralgia dan efusi sinovial
·
Osteoporosis
·
Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
·
Umur tulang tertinggal disbanding usia
kronologis
·
Kadar fosfatase alkali menurun
3.
Neurologik
·
Letargi dan mental menjadi lambat
·
Aliran darah otak menurun
·
Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan
memori, perhatian kurang, penurunan reflek tendon)
·
Ataksia (serebelum terkena)
·
Gangguan saraf ( carfal tunnel)
·
Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4.
Kardiorespiratorik
·
Bradikardi, disritmia, hipotensi
·
Curah jantung menurun, gagal jantung
·
Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat
jarang)
·
Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan
gelombang T mendatar/inverse
·
Penyakit jantung iskemic
·
Hipotensilasi
·
Efusi pleural
·
Dispnea
5.
Gastrointestinal
·
Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi
abdomen
·
Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
·
Aklorhidria, antibody sel parietal gaster,
anemia pernisiosa
6.
Renalis
·
Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
·
Retensi air (volume plasma berkurang)
·
Hipokalsemia
7.
Hematologi
·
Anemia normokrom normositik
·
Anemia mikrositik/makrositik
·
Gangguan koagulasi ringan
8.
Sistem endokrin
·
Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi
seperti amenore / masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan
hiperprolaktemi
·
Gangguan fertilitas
·
Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH,
hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi
·
Gangguan sintesis kortison, kliren kortison
menurun
·
Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
·
Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi,
paranoid, menarik diri, perilaku maniak
·
Manifestasi klinis lain berupa : edema
periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara serak,
pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin
menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah.
2. Komplikasi
Komplikasi hipotiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tiroid (thyroid
storm) yang
merupakan komplikasi serius, dengan angka kematian 20-60 %. Hal ini dapat
berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama
pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Krisisi tiroid merupakan kejadian yang jarang, tidak
biasa dan berat dari hipertiroid. Krisis tiroid mengacu pada kejadian mendadak
yang mengancam jiwa akibat peningkatan dari hormon tiroid sehingga terjadi
kemunduran fungsi organ dan apabila tidak segera diobati dapat menyebabkan
kematian.
Komplikasi yang serius dari hipotiroidisme adalah
koma miksedema dan kematian, efusi pericardial dan pleura, megakolon dengan
paralitik ileus dan kejang. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa
yang di tandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi dan
penurunan kesadaran hingga koma.
Penyakit yang sering muncul akibat
hipotiroidisme:
- Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi
akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT
disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang
minimal.
2.
Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam
makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan
hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah.
Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik.
3.
Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi
tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif
untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan
proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
3. Pemeriksaan Diagnostik
·
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH
akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi
masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
·
Pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya
menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
·
Pemeriksaan
fisik menunjukkan tertundanya pengenduran
otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning,
pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar,
kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang.
·
Tanda-tanda
vital menunjukkan perlambatan denyut jantung,
tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
·
Pemeriksaan
USG dan scan tiroid untuk memberikan
informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul
·
Pemeriksaan
rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran
jantung.
4.
Penatalaksanaan Medis
Hipotiroidisme
diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan
sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan
T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar
tiroid hewan). Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid
bisa diberikan secara intravena.
Pengobatan
pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping
yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali
normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup
penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik
sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism
berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi,
radiasi, atau pembedahan.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
HIPOTIROID
A.
PENGKAJIAN
1.
Biodata
Pasien
- Nama : Ny.Nency
- Umur : 45 tahun
- Jenis
Kelamin : perempuan
- No.
Register : -
- Alamat : -
- Status Perkawinan : -
- Keluarga
Terdekat : -
- Diagnosa
Medis : -
2.
Anamnese
a.
Riwayat
keperawatan
1)
Riwayat
kesehatan sekarang :
a)
Keluhan Utama : klien
mengeluh tidak nafsu makan sudah seminggu,suka sesak,rambutnya rontok sangat
banyak sekali setiap kali menyisir,suaranya parau, kuku mudah rapuh.
b)
Kronologis keluhan
:pasien tidak mengerti kenapa ini terjadi
c)
Faktor pencetus : -
d)
Timbulnya keluhan :
( ) mendadak ( ) bertahap
e)
Lamanya : -
f)
Upaya mengatasi: -
2)
Riwayat
Kesehatan masa lalu
a)
Riwayat alergi (obat,
makanan, binatang, lingkungan)
pasien tidak
pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan lingkungan.
b)
Riwayat kecelakaan
pasien tidak
pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya.
c)
Riwayat dirawat di
Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
pasien baru
pertam kali datang ke rumah sakit pada tanggal 11 maret 2013 dengan keluhan
tidak nafsu makan dan suka sesak.
d) Riwayat
pemakaian obat
pasien tidak
pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
3)
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak
pernah ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
b.
Pemeriksaan
Fisik Umum
1)
Berat badan : 50
kg
2)
Tinggi badan : 156cm
3)
Tekanan darah : 90/60 mmHg
4)
Nadi : 64 x/menit
5)
Frekuensi nafas : 26
x/menit
6)
Suhu tubuh : 37,3
oC
c.
Pemeriksaan
Fisik
1)
Sistem intergument
Kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan
menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut
rontok dan pertumbuhannya rontok.
2) Sistem pulmonary
Hipoventilasi, pleural efusi,
dispenia
3) sistem kardiovaskular
Bradikardi, disritmia, pembesaran
jantung, toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
4) Sistem metabolic
Penurunan metabolisme basal,
penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5) sistem musculoskeletal
Nyeri otot, kontraksi dan relaksasi
otot yang melambat.
6) Sistem neurologi
Fungsi intelektual yang lambat,
berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung,
hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.
7) Sistem gastrointestinal
Anoreksia, peningkatan berat badan,
obstipasi, distensi abdomen.
8) Psikologis dan emosional
apatis, igitasi, depresi, paranoid,
menarik diri/kurang percaya diri, dan bahkan maniak.
B.
DATA
FOKUS
Data subjektif
|
Data objektif
|
·
Klien mengatakan
tidak nafsu makan selama seminggu
·
Klien mengatakan suka
sesak
·
klien mengatakan
rambutnya suka rontok saat menyisir dan pasien mengeluh kuku mudah rapuh
·
Klien mengatakan
suara parau sudah seminggu
·
Klien mengatakan suka
merasa dingin walau lingkungan sekitar panas
·
Klien mengatakan
makan tidak habis
·
Klien mengatakan malu
terhadap keadaannya
·
Klien selalu
bertanya-tanya tentang penyakitnya
|
·
Adanya maksidema
·
Hasil rontgen thorax
: efusi pleura
·
Observasi TTV:
-
TD: 90/60 mmHg
-
HR: 64x/mnt
-
RR: 30x/mnt
-
T: 37,3 oC
·
Klien tampak tidak
mengerti mengenai penyakitnya
-
T3 serum :
0,7 mg/dl ( N 0,6 – 1,85 mg/dl)
-
T4 serum
: 15,0 mg/dl ( N 4,8 – 12,0 mg/dl)
-
TSH: 0,3 mg/dl ( N 0,4
– 6,0 mg/dl)
|
C.
ANALISA
DATA
Data Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
DS:
-
Klien mengeluh suka
sesak
-
Klien mengeluh suara
parau
sudah seminggu
DO:
-
Adanya pembekakan
pada
leher
-
Klien tampak pucat
-
Observasi RR: 30x/mnt
-
Pasien terlihat menggunakan otot bantu pernapasan
|
bersihan jalan nafas tidak
efektif
|
Adanya masa di bagian leher
|
DS:
-
Klien mengeluh suka
sesak
-
Klien mengeluh suara
parau
sudah seminggu
DO:
-
Pasien terlihat menggunakan otot bantu pernapasan
-
Observasi RR: 30x/mnt
-
Hasil rontgen thorax
:
efusi pleura
|
pola nafas tidak efektif
|
depresi
ventilasi
|
DS:
-
Klien mengatakan tidak
nafsu makan selama seminggu
-
Klien mengatakan
makan tidak habis
-
Klien mengeluh sulit
menelan
-
klien mengatakan
rambutnya suka rontok saat menyisir dan pasien mengeluh kuku mudah rapuh
-
DO:
-
Klien tampak pucat
-
Mukosa bibir kering
-
BB sebelum: 56
sesudah: 50
-
TB: 156
-
Klien terlihat hanya
menghabiskan ¼ porsi makananya
-
Turgor kulit: kering
dan bersisik
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
penurunan
kebutuhan metabolisme dan nafsu makan menurun
|
DS:
-
Klien mengatakan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga
DO:
-
Pemeriksaan fisik :
TTV:
TD:
90/60 mmHg
HR:
64x/mnt
RR:
26x/mnt
T:
37,3C
-
Adanya maksidema
|
Intoleransi aktivitas
|
kelelahan dan penurunan kognitif
|
DS:
-
Klien mengatakan malu
terhadap keadaannya
DO:
-
Pemeriksaan fisik
pada leher ditemukan adanya pembengkakan (massa)
-
Interaksi klien
dengan lingkungan berkurang
|
Gangguan
citra diri
|
Perubahan fisiologis tubuh
(pembengkakan leher)
|
DS:
-
Klien bertanya-tanya
tentang penyakitnya
DO:
-
Klien tampak
gelisah/cemas
-
Klien terlihat
bingung dengan keadaannya
|
Kurang
pengetahuan
|
Kurang mengenal sumber informasi
tentang penyakit
|
D.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
- Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b.d Adanya masa di bagian leher
2.
Ketidakefektifan pola
nafas b.d depresi ventilasi
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan
kebutuhan metabolisme dan nafsu makan menurun
4.
Intoleransi aktivitas
b.d kelelahan dan penurunan kognitif
5.
Gangguan citra diri b.d
Perubahan fisiologis tubuh (pembengkakan leher)
6.
Kurang pengetahuan b.d
Kurang mengenal sumber informasi tentang penyakit
E.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No Dx
|
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
3x24 jam diharapkan masalah
bersihan jalan nafas klien efektif dengan kriteria hasil:
- Nafas
normal (16 – 20 x / menit )
- Sesak
berkurang
- Tidak
menggunakan otot bantu nafas
-
|
1.
Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.
2. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara ronchi.
3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan
sianosis. Perhatikan kualitas suara.
4. Waspadakan pasien untuk menghindari
ikatan pada leher, menyokong kepala dengan bantal.
5. Bantu dalam perubahan posisi,
latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi.
|
Rasional :
Pernafasan secara normal kadang-kadang
cepat, tetapi berkembangnya distres pada pernafasan merupakan indikasi
kompresi trakea karena edema atau perdarahan.
Rasional :
Ronchi merupakan indikasi adanya
obstruksi.spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang
cepat.
Rasional :
Indikator obstruksi trakea/spasme
laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera.
Rasional :
Menurunkan kemungkinan tegangan pada
daerah luka karena pembedahan.
Rasional :
Mempertahankan kebersihan jalan nafas
dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang
berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas.
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
3x24 jam diharapkan masalah
pola napas klien efektif dengan kriteria hasil:
- RR=
15-20x/ menit
- Kedalaman
inspirasi dan kedalaman bernafas normal
- Ekspansi
dada simetris
- Sesak
berkurang
- Tidak
menggunakan otot bantu nafas
|
1 Pantau
frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan
2. Waspadakan klien agar leher tidak
tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat
3. Ajari
klien latihan nafas dalam
4 .Persiapkan operasi bila diperlukan.
Be5. berikan obat
(hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
|
R : Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan
pada pasien
R : Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk
meminimalkan penyempitan jalan nafas
R : Untuk menstabilkan pola nafas
R : Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi
pasien
R/Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap
gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
|
3.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
3x24 jam diharapkan terjadi peningkatan
nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
-
berat
badan meningkat
-
tekstur
kulit baik.
-
Klien
menghabiskan I porsi makananya.
-
Mukosa
bibir lembab
|
1. Observasi vital sign
tiap 8 jam.
2. Observasi bising
usus tiap pagi
3. timbang berat badan
tiap pagi.
4.
Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori,
tinggi protein
5.
Dorong peningkatan asupan cairan
6. Kolaborasi
pembeian Suplemen vitamin B Compleks
|
R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan tekanan
Darah Klien
R/Mengetahui Frekuensi Bising usus
R/Untuk mengetahui Berat badan Klien
R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak
terpenuhi
R/ Meminimalkan kehilangan panas.
R/ Meningkatkan nafsu makan Klien.
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
3x24 jam diharapkan masalah
intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
-
Dapat memenuhi
standar nilai kekuatan otot seharusnya
-
Dapat melakukan
aktivitas secara mandiri
|
|
Rasional/Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan
untuk mendapatkan istirahatyang adekuat.
Rasional/
Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri.
Rasional/
Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
Rasional/
Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau
kurang.
|
5
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
3x24 jam diharapkan masalah
citra diri pasien dalam keadaan normal dengan criteria hasil:
-
Pasien menunjukkan
penerimaan diri secara verbal
-
Mengerti akan
kekuatan diri
-
Melakukan perilaku
yang dapat meningkatkan rasa percaya diri
|
|
R : Mengetahui
kopping individu pasien
R :
Meningkatkan hubungan saling percaya dengan pasien
R :
Meningkatkan harga diri pasien
R : Membantu klien menentukan masa
depan yang diinginkan
.
|
6
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
3x24 jam diharapkan masalah kurang
pengetahuan teratasi
dengan criteria hasil:
-
Pasien dapat mengerti
tentang penyakitnya
-
pasien Mengikuti
pengobatan yang disarankan
|
1. Berikan informasi
yang tepat dengan keadaan individu
2. Identifikasi sumber
stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti
orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
3. Berikan informasi
tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
4. Diskusikan
mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan
tujuan terapi serta efek samping obat tersebut
|
R: Meningkatkan pengetahuan pasien
R : Agar pasien bisa menghindari sumber
stress
R : Dapat mengidentifikasi gejala awal
dari gondok
R : Pasien bisa mengikuti terapi yang
disarankan
|
DAFTAR
PUSTAKA
3. Carpenito,
Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
4. Closkey, Mc,
et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
7. Mansjoer
Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media
Aesculapius
8. Norwitz Errol R & Schorge John
O. 2008. At a Glance Obstetri dan
Ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga
9. Robert Hurd. 2006. Hypothyroidsm.
Departement of Biology : Cln cinnati
10. Santosa,
Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
11. Sudoyo,
Aru W, dkk. 2006. IPD Jilid 3 Edisi 4.
Jakarta: Departemen IPD FK UI
12. Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Trans
info media
0 komentar:
Posting Komentar