CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 07 Oktober 2013

SISTEM ENDOKRIN: ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN HIPOTOROID

MAKALAH

HIPOTEROID DAN HIPERTEROID



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Anatomi Fisiologi Kelenjar Tyroid
           Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endoktrin yang terbesar,terletak di depan trakea setinggi cincin ke dua dan ketiga dan di bawah laring atau pada vetebra servical lima sampai dengan torakal pertama. Bentuk kelenjar tyroid seperti dasi kupu-kupu,dan terdiri atas dua lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri yang dihubungkan keduanya oleh istmus. Lobus kanan dan kiri tidak simetris, lobus kanan lebih besar dari lobus kiri, berat kelenjar ini sekitar 10-20 gram dengan ukuran 5x2x2 cm pada wanita lebih besar dari pada pria. Pada ibu hamil dan penyakit tertentu kelenjar terjadi pembesaran.
           Kelenjar tiroid tersusun atas sel-sel sekretorik yang berbentuk gelembung-gelembung berongga yang di sebut dengan sel folikel. Folikel-folikel ini berbentuk seperti cincin dengan bagian dalam dipenuhi oleh koloid, yaitu bahan yang berfungsi sebagai penyimpanan  ekstrasel hormon-hormon tiroid (Sherwood, 2001). Sel folikel ini memproduksi protein globular yang di sebut tiroglobulin dan mensekresikannya ke dalam koloid. Molekultiroglobulin mengandung senyawa asam amino tiroksin yang  selanjutnya akan terbentuk hormon tetraiodotironin (T4) atau tiroksin dan triiodotironin (T3). Kedua hormon ini merupakan hormon tiroid. Sedangkan pada sel parafolikuler di ruang interstisium diantara folikel-folikel dihasilkan hormon peptide kalsitonin.
           Suplai darah kelenjar tiroid berasal dari arteri thyroid superior dan imferior, kadang-kadang terdapat arteri ima thyroidea. Arteri ini telah menerima jaminan beranastomosis yang berlimpah dengan satu sama lain, baik ipsilateral maupun kontralateral. Arteri imatiroid berasal dari lengkungan aorta atau arteri innominata dan memasuki kelenjar tiroid di perbatasan inferior. Artery  thyroid  superior adalah cabang anterior pertama dari artery karotis eksternal. Atreri tiroid inferior berasal dari trunkus thyrocervical, yang merupakan cabang dari artery subclavia. Sedangkan aliran balik vena kelenjar tiroid terdiri dari vena thyroidea superior yang bermuara pada vena jugularis interna, vena thyroidea medialis yang bermuara di vena jugularis interna dan vena thyroidea inferior yang bermuara di vena anonima kiri.
           Persyarafan dari tiroid berasal dari sistem syaraf otonom. Serat  parasimoatis berasal dari saraf vagus, dan serat simpatik didistribusikan dari ganglia superior, tengah, dan inferior dari batang simpatik. Pengaturan saraf otonom terhadap sekresi kelenjar tidak jelas dipahami, tetapi sebagian besar pengaruhnya, diduga berpengaruh terhadap pembuluh darah dalam difusi hormon dari kelenjar.
          
          Hormon-hormon tiroid, terutama adalah tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) dan kalsitonin dan kalsitonin. Hormon T3 dan T4 ini mengatur laju metabolisme dan mempengaruhi laju pertumbuhan dan fungsi sistem lainnya dalam tubuh sedangkan kalsitonin berperan dalam homeostasis kalsium. Yodium merupakan komponenn penting dari pembentukan T3 dan T4. Proses pembentukan  T3 dan T4 melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.      Ion yodium diabsorbsi dari makanan di saluran pencernaan, kemudian di bawa ke kelenjar tiroid melalui aliran darah. Normalnya pada orang dewasa konsumsi yodium sekitar 100-150 mikro gram per hari pada makanan kemudian di pecah di saluran pencernaan. Sedangkan yodium dalam darah kadar normalnya sekitar 3.5 to 8 mikrogram /100 ml darah.
2.      Ion yodium berdifusi masuk ke sel-sel folikel dan diaktifkan oleh enzim tiroid peroksidase. Yodium yang sudah aktif kemudian bergabung menjadi molekul triglobulin di reticulum endoplasma dan kompleks golgi
3.      Folikel sel memindahkan tiroglobulin melalui proses endositosis.
4.      Enzim lisosomal memecahkan tiroglobulin menjadi asam amino dan hormon tiroid kemudian masuk ke sitoplasma. Asam amino di pakai kembali untuk pembentukan tiroglobulin sedangkan hormon tiroksin masuk ke pembuluh darah melalui proses difusi.
5.      Hormon tirosin masuk ke peredaran darah melalui proses difusi yang di bantu oleh TSH. Hampir 90% hormon tiroid disekresi dalam bentuk T4, Sedangkan T3 relatif sedikit. (Martini,2006). Kemudian lebih dari 80% T4 akan diubah di organ perifer seperti ginjal, hati limfa menjadi T3.
           Setelah di keluarkan dalam darah hormon tiroid dengan cepat berikatan dengan senyawa lain dan dalam bentuk bebas. Kurang dari 1% T3 dan kurang daro 0.1% T4 tidak berikatan (bebas). Sebagian besar hormon tiroid berikatan dengan plasma protein seperti berikatan dengan globulin  pengikat tiroksin (tyroxine binding globulin) yang efektif mengikat 55% T4 dan 65% T3, berikatan dengan albumin sekitar 10% T4 dan 35% serta sisanya berikatan dengan  tyroxine binding preabumin (sherwood, 2001).
           Pengaturan sekresi T4 Dan T3  distimulasi thyroid-stimulating hormone (TSH), yang dilepaskan oleh pituitari anterior melalui makanisme feedback negative. Produksi TSH akan ditekan ketika kadar T4 tinggi. Sedangkan TSH sendiri dipengaruhi oleh thyrotropin relasing hormone (TRH) yang diproduksi oleh hipothalamus.


Fungsi Hormon Tiroid
1.      Fungsi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), secara umum berfungsi sebagai:
Ø  Pengaturan pertumbuhan dan perkembangan baik fisik, mental dan persyarafan.
Ø  Metabolisme karbohidrat, yaitu meningkatkan penggunaan glukosa dalam sel, meningkatkan sekresi insulin.
Ø  Metabolisme lemak, yaitu dengan meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas dalam plasma dan mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.meningkatkan lipolisis dan sekresi kolesterol di emopedu
Ø  Metabolisme protein yaitu dengan meningkatnya sintesis protein untuk pertumbuhan dan perkembangan
Ø  Reproduksi, hormon ini meningkatkan reproduksi normal wanita dan proses laktasi
Ø  Meningkatkan daya tahan terdadap infeksi dan implamasi

2.      Hormon kalsitonin
Ø  Kalsitonin menstimulasi pergerakan kalsium dalam tulang, menurunkan kadar kalsium dan fhospor dengan cara menurunkan laju resorpsi dari tulang. hal ini berlawan kerja dengan paratiroid hormon (PTH) dan bekerja sama dalam metabolisme kalsium untuk mempertahankan keadaan normal.
Ø  Calcitonin dapat digunakan terapi untuk pengobatan hiperkalsemia atau osteoporosis
Ada banyak bentuk yang menggambarkan kelainan pada gangguan fungsi kelenjar tiroid, namun secara garis besar terdapat 3 tipe kelainan dari kelenjar tiroid yaitu hiperfungsi (hipertiroid),hipofungsi(hipotiroid) dan pembesaran kelenjar tiroid (goiter).



HIPOTIROID

1.      Definisi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

2.      Etiologi
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan umur. Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a.       Hashimoto's thyroiditis
b.      Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c.       Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d.      Penyakit pituitari atau hipotalamus
e.       Obat-obatan
f.       Kekurangan yodium yang berat

3.      Jenis-jenis Hipotiroid
Lebih dari 95% penderita hipotiroid mengalami hipotiroid primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya hipotiroid sentral (hipotiroid sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis hipotiroid tersier.
a.       Primer
1.      Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi yodium
2.      Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
b.      Sekunder :
Kegagalan hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4 bebas).

4.      Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.

Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
1.      Manifestasi Klinis
·         Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
·         Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung
·         Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki
·         Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
·         Konstipasi
·         Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
·         Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh
Tanda dan gejala menurut system :
1.      Kulit dan rambut
·         Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
·         Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
·         Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
·         Tidak tahan dingin
·         Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2.      Muskuloskeletal
·         Volume otot bertambah, glossomegali
·         Kejang otot, kaku, paramitoni
·         Artralgia dan efusi sinovial
·         Osteoporosis
·         Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
·         Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
·         Kadar fosfatase alkali menurun
3.      Neurologik
·         Letargi dan mental menjadi lambat
·         Aliran darah otak menurun
·         Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek tendon)
·         Ataksia (serebelum terkena)
·         Gangguan saraf ( carfal tunnel)
·         Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4.      Kardiorespiratorik
·         Bradikardi, disritmia, hipotensi
·         Curah jantung menurun, gagal jantung
·         Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
·         Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
·         Penyakit jantung iskemic
·         Hipotensilasi
·         Efusi pleural
·         Dispnea
5.      Gastrointestinal
·         Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
·         Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
·         Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6.      Renalis
·         Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
·         Retensi air (volume plasma berkurang)
·         Hipokalsemia
7.      Hematologi
·         Anemia normokrom normositik
·         Anemia mikrositik/makrositik
·         Gangguan koagulasi ringan

8.      Sistem endokrin
·         Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
·         Gangguan fertilitas
·         Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi
·         Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
·         Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
·         Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
·         Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah.

2.      Komplikasi
Komplikasi hipotiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tiroid (thyroid storm) yang merupakan komplikasi serius, dengan angka kematian 20-60 %. Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Krisisi tiroid merupakan kejadian yang jarang, tidak biasa dan berat dari hipertiroid. Krisis tiroid mengacu pada kejadian mendadak yang mengancam jiwa akibat peningkatan dari hormon tiroid sehingga terjadi kemunduran fungsi organ dan apabila tidak segera diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi yang serius dari hipotiroidisme adalah koma miksedema dan kematian, efusi pericardial dan pleura, megakolon dengan paralitik ileus dan kejang. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang di tandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi dan penurunan kesadaran hingga koma.


 Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme:
  1. Penyakit Hashimoto  
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik  negatif yang minimal.
2.      Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.
3.      Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat  terjadi akibat terapi tiroidektomi,  pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

3.      Pemeriksaan Diagnostik
·         Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
·         Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
·         Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan  refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang.
·         Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah. 
·         Pemeriksaan USG dan scan tiroid untuk memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul
·         Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.

4.      Penatalaksanaan  Medis
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai  pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.
­­ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPOTIROID
A.     PENGKAJIAN
1.      Biodata Pasien
  1. Nama   : Ny.Nency
  2. Umur   : 45 tahun
  3. Jenis Kelamin  : perempuan
  4. No. Register     : -
  5. Alamat : -
  6. Status Perkawinan        : -
  7. Keluarga Terdekat       : -
  8. Diagnosa Medis           : -

2.      Anamnese
a.    Riwayat keperawatan
1)   Riwayat kesehatan sekarang :
a)      Keluhan Utama : klien mengeluh tidak nafsu makan sudah seminggu,suka sesak,rambutnya rontok sangat banyak sekali setiap kali menyisir,suaranya parau, kuku mudah rapuh.
b)      Kronologis keluhan :pasien tidak mengerti kenapa ini terjadi
c)      Faktor pencetus : -
d)      Timbulnya keluhan : (     ) mendadak                     (      ) bertahap
e)      Lamanya : -
f)       Upaya mengatasi: -
2)   Riwayat Kesehatan masa lalu
a)      Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
pasien tidak pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan lingkungan.
b)      Riwayat kecelakaan
pasien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya.
c)      Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
pasien baru pertam kali datang ke rumah sakit pada tanggal 11 maret 2013 dengan keluhan tidak nafsu makan dan suka sesak.
d)      Riwayat pemakaian obat
pasien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
3)   Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak pernah ada riwayat penyakit seperti ini sebelumnya
b.   Pemeriksaan Fisik Umum
1)   Berat badan :           50 kg
2)   Tinggi badan           :           156cm
3)   Tekanan darah        :           90/60  mmHg
4)   Nadi            :           64  x/menit
5)   Frekuensi nafas       :           26 x/menit
6)   Suhu tubuh  :           37,3 oC
c.    Pemeriksaan Fisik
1)   Sistem intergument
Kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok.
2)   Sistem pulmonary
Hipoventilasi, pleural efusi, dispenia
3)    sistem kardiovaskular
Bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
4)   Sistem metabolic
Penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
5)    sistem musculoskeletal
Nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
6)   Sistem neurologi
Fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.
7)   Sistem gastrointestinal
Anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen.
8)   Psikologis dan emosional
apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri/kurang percaya diri, dan bahkan maniak.    
B.     DATA FOKUS
Data subjektif
Data objektif

·      Klien mengatakan tidak nafsu makan selama seminggu
·      Klien mengatakan suka sesak
·      klien mengatakan rambutnya suka rontok saat menyisir dan pasien mengeluh kuku mudah rapuh
·      Klien mengatakan suara parau sudah seminggu
·      Klien mengatakan suka merasa dingin walau lingkungan sekitar panas
·      Klien mengatakan makan tidak habis
·      Klien mengatakan malu terhadap keadaannya
·      Klien selalu bertanya-tanya tentang penyakitnya


  • Kesadaran composmentis
  • Klien tampak pucat
·         Adanya maksidema
·         Hasil rontgen thorax : efusi pleura
·         Observasi TTV:
-          TD: 90/60 mmHg
-          HR: 64x/mnt
-          RR: 30x/mnt
-          T: 37,3 oC
  • BB sebelum: 56 sesudah: 50
  • TB: 156
  • Klien terlihat hanya menghabiskan ¼ porsi makananya
  • Mukosa bibir kering
  • Turgor kulit: kering dan bersisik
  • Klien tampak gelisah/cemas
  • Pasien terlihat menggunakan alat bantu nafas: cuping hidung
·         Klien tampak tidak mengerti mengenai  penyakitnya
  • Klien terlihat bingung dengan keadaannya
  • Adanya pembekakan pada leher
  • Pemeriksaan lab:
-          T3 serum : 0,7 mg/dl ( N 0,6 – 1,85 mg/dl)
-          T4 serum : 15,0 mg/dl ( N 4,8 – 12,0 mg/dl)
-          TSH: 0,3 mg/dl ( N 0,4 – 6,0 mg/dl)

C.     ANALISA DATA
Data Fokus
Problem
Etiologi
DS:
-          Klien mengeluh suka sesak
-          Klien mengeluh suara parau
      sudah seminggu

DO:
-                      Adanya pembekakan pada
     leher
-          Klien tampak pucat
-          Observasi RR: 30x/mnt
-          Pasien  terlihat menggunakan otot bantu pernapasan

bersihan jalan nafas tidak efektif

Adanya masa di bagian leher
DS:
-          Klien mengeluh suka sesak
-          Klien mengeluh suara parau
      sudah seminggu

DO:
-          Pasien  terlihat menggunakan otot bantu pernapasan
-          Observasi RR: 30x/mnt
-          Hasil rontgen thorax :
efusi pleura

 pola nafas tidak efektif
depresi ventilasi
 DS:
-          Klien mengatakan tidak nafsu makan selama seminggu
-          Klien mengatakan makan tidak habis
-          Klien mengeluh sulit menelan
-          klien mengatakan rambutnya suka rontok saat menyisir dan pasien mengeluh kuku mudah rapuh
-           
DO:
-          Klien tampak pucat
-          Mukosa bibir kering
-          BB sebelum: 56 sesudah: 50
-          TB: 156
-          Klien terlihat hanya menghabiskan ¼ porsi makananya
-          Turgor kulit: kering dan bersisik

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

penurunan kebutuhan metabolisme dan nafsu makan menurun
DS:
-          Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga
DO:
-          Pemeriksaan fisik :
            TTV:
TD: 90/60 mmHg
HR: 64x/mnt
RR: 26x/mnt
T: 37,3C
-          Adanya maksidema


Intoleransi aktivitas
kelelahan dan penurunan kognitif
DS:
-          Klien mengatakan malu terhadap keadaannya

DO:
-          Pemeriksaan fisik pada leher ditemukan adanya pembengkakan (massa)
-          Interaksi klien dengan lingkungan berkurang
Gangguan citra diri
Perubahan fisiologis tubuh (pembengkakan leher)
DS:
-          Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
DO:
-          Klien tampak gelisah/cemas
-          Klien terlihat bingung dengan keadaannya


Kurang pengetahuan
Kurang mengenal sumber informasi tentang penyakit


D.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Adanya masa di bagian leher
2.      Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi ventilasi
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan kebutuhan metabolisme dan nafsu makan menurun
4.      Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan penurunan kognitif
5.      Gangguan citra diri b.d Perubahan fisiologis tubuh (pembengkakan leher)
6.      Kurang pengetahuan b.d Kurang mengenal sumber informasi tentang penyakit

E.     INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi Keperawatan
Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah bersihan jalan nafas klien efektif dengan kriteria hasil:
-    Nafas normal (16 – 20 x / menit )
-    Sesak berkurang
-    Tidak menggunakan otot bantu nafas
-           
1. Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.






2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi.





3. Kaji adanya dispnea, stridor, dan sianosis. Perhatikan kualitas suara.



4. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokong kepala dengan bantal.

5. Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi.






Rasional :
Pernafasan secara normal kadang-kadang cepat, tetapi berkembangnya distres pada pernafasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan.

Rasional :
Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi.spasme laringeal yang membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.

Rasional :
Indikator obstruksi trakea/spasme laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera.

Rasional :
Menurunkan kemungkinan tegangan pada daerah luka karena pembedahan.

Rasional :
Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan evaluasi. Namun batuk tidak dianjurkan dan dapat menimbulkan nyeri yang berat, tetapi hal itu perlu untuk membersihkan jalan nafas.


2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah pola napas klien efektif dengan kriteria hasil:
-    RR= 15-20x/ menit
-    Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas normal
-    Ekspansi dada simetris
-    Sesak berkurang
-    Tidak menggunakan otot bantu nafas

1 Pantau frekwensi pernafasan , kedalaman, dan kerja pernafasan

2. Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi pada saat beristirahat

3.  Ajari klien latihan nafas dalam

4 .Persiapkan operasi bila diperlukan. 

Be5. berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati
 
R  :  Untuk mengetahui adanya gangguan pernafasan pada pasien

R : Menghindari penekanan pada jalan nafas untuk meminimalkan penyempitan jalan nafas


R : Untuk menstabilkan pola nafas

R : Operasi diperlukan untuk memperbaiki kondisi pasien

R/Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
 
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan terjadi peningkatan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
-    berat badan meningkat
-    tekstur kulit baik.
-    Klien menghabiskan I porsi makananya.
-    Mukosa bibir lembab


1.      Observasi vital sign tiap 8 jam.


2.      Observasi  bising usus tiap pagi

3.      timbang berat badan tiap pagi.

4.      Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi protein
5.      Dorong peningkatan asupan cairan

6.      Kolaborasi pembeian  Suplemen vitamin B Compleks






R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan tekanan Darah Klien

R/Mengetahui Frekuensi Bising usus

R/Untuk mengetahui Berat badan Klien

R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak terpenuhi


R/ Meminimalkan kehilangan panas.
R/ Meningkatkan nafsu makan Klien.


4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
-    Dapat memenuhi standar nilai kekuatan otot seharusnya
-    Dapat melakukan aktivitas secara mandiri
  1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
  2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
  3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
  4. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas.
Rasional/Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahatyang adekuat.
Rasional/ Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
Rasional/ Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
Rasional/ Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.
5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah citra diri pasien dalam keadaan normal dengan criteria hasil:
-   Pasien menunjukkan penerimaan diri secara verbal
-   Mengerti akan kekuatan diri
-   Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya diri
  1. Pantau tingkat perubahan rentang harga diri rendah
  2. Pastikan tujuan tindakan yang kita lakukan adalah realistis

  1. Sampaikan hal-hal yang positif secara mutlak untuk klien, tingkatkan pemahaman tentang penerimaan anda pada pasien sebagai seorang individu yang berharga.

  1. Diskusikan masa depan klien, bantu klien dalam menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek dan panjang.

R : Mengetahui kopping individu pasien

R : Meningkatkan hubungan saling percaya dengan pasien


R : Meningkatkan harga diri pasien






R : Membantu klien menentukan masa depan yang diinginkan
.

6

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah kurang pengetahuan       teratasi dengan criteria hasil:
-    Pasien dapat mengerti tentang penyakitnya
-    pasien Mengikuti pengobatan yang disarankan

1.      Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
2.      Identifikasi sumber stress dan diskusikan faktor pencetus krisis tiroid yang terjadi, seperti orang/sosial, pekerjaan, infeksi, kehamilan
3.      Berikan informasi tentang tanda dan gejala dari penyakit gondok serta penyebabnya
4.      Diskusikan mengenai terapi obat-obatan termasuk juga ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi serta efek samping obat tersebut

R: Meningkatkan pengetahuan pasien

R : Agar pasien bisa menghindari sumber stress





R : Dapat mengidentifikasi gejala awal dari gondok



R : Pasien bisa mengikuti terapi yang disarankan



DAFTAR PUSTAKA


1.      Anonim. 2008. Hipertiroidisme. http://www.medica store.com
2.      Anonim. 2008. Mengenal Tiroid. http://www.demomedical.com
3.      Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
4.      Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
7.      Mansjoer Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media Aesculapius
8.      Norwitz Errol R & Schorge John O. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga
9.      Robert Hurd. 2006. Hypothyroidsm. Departement of Biology : Cln cinnati
10.  Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
11.  Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. IPD Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: Departemen IPD FK UI

12.  Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Trans info media

0 komentar:

Posting Komentar